Peristiwa-peristiwa Politik dan Ekonomi Paska Pengakuan Kedaulatan.
By
Iqbal Nugraha
—
Friday, October 16, 2015
—
Add Comment
Proses Kembalinya NKRI:
- Sejak penandatanganan KMB, Indonesia
berbentuk RIS/Federal
- RIS berpedoman pada konstitusi RIS
- Sebagai kepala Negara RIS,
Bung Karno mulai bertugas pada tanggal 28 Desember 1949 di Jakarta
- Sistem demokrasi yang digunakan
adalah liberal
- Demokrasi liberal dan Negara federal
tidak sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
- Di
daerah muncul tuntutan pembubaran Negara
bagian dan menyatakan bergabung dengan RI
- Berdasarkan persetujuan Parlemen pada
tanggal 8 Maret 1950 pemerintah RI
mengeluarkan UU Darurat No. 11 tahun 1950 yang berisi tentang Tata Cara
Perubahan susunan Kenegaraan RIS
- Negara-negara bagian bergabung dengan
RI, sampai dengan April 1950 tinggal 2 negara yang belum bergabung yaitu Negara
Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur
- Pada tanggal 3 Mei 1950 kedua Negara
tersebut bergabung dengan RI
- Tanggal 19 Mei 1950 dengan RI
mengadakan perundingan dengan RIS yang berhasil merancang Konstitusi NKRI
- 14 Agustus 1950 rancangan tersebut
diterima oleh Senat dan KNIP
- 15 Agustus 1950 Sukarno
menandatangani konstitusi tersebut
- Konstitusi tersebut diberi nama UUD
Sementara 1950
- 17 Agustus 1950 RIS dibubarkan dan
Indonesia kembali ke NKRI
Pemilu 1955:
a. Alasan dilaksanakannya Pemilu 1955 :
- Masyarakat diliputi suasana prustrasi
dan kegelisahan Sosial Politik
- Partai-partai hanya memperjuangkan
kepentingan golongannya
b. Waktu Pelaksanaan Pemilu:
- Tahap I (29 September 1955) untuk
memilih anggota DPR
- Tahap II (15 Desember 1955) untuk
memilih anggota Konstituante
c. Partai Pemenang Pemilu 1955:
Partai-partai tersebut adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyusmi),
Nahdatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI)
Dekrit Presiden 5 Juli 1959:
a. AlasanDikeluarkannya Dekret Presiden:
- Anjuran kembali pada UUD 1945 tidak
memperoleh keputusan dan konstituante
- Konstituante tidak lagi menyelesaikan
tugasnya
- Kemelut dalam konstituante
membahayakan persatuan
b. Isi Dekret Presiden
- Pembubaran Konstituante
- Pemberlakuan kembali UUD 1945 sebagai
UUD RI
- Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu
singkat
c. Akibat
Dekret Presiden 5 Juli 1959 :
1) Sisi Positif:
- Menyelamatkan Negara dari ancaman
perpecahan dan krisis politik berkepanjangan
- Memberikan pedoman menggunakan UUD
1945 untuk hidup berbangsa dan bernegara
- Merintis pembentukan MPRS dan DPAS
2) Sisi Negatif:
- Memberikan kekuasaan yang besar
kepada presiden, terhadap MPR maupun lembaga tinggi Negara lainnya
- Memberi peluang kalangan militer
berpolitik
Dampak Persoalan Hubungan Pusat –
Daerah:
o Tidak harmonisnya hubungan pusat - daerah
o Persaingan Ideologi
o Pergolakan Sosial-Politik
Pada akhir tahun 1956 beberapa
panglima militer di berbagai daerah membentuk dewan-dewan yang ingin memisahkan
diri dari pemerintah pusat, yakni sebagai berikut.
a) Pada tanggal 20 November 1956 di
Padang, Sumatera Barat berdiri Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Achmad Husein.
b) Di Medan, Sumatera Utara berdiri Dewan
Gajah yang dipimpin oleh Kolonel Simbolon.
c) Di Sumatera Selatan berdiri Dewan
Garuda yang dipimpin oleh Kolonel Barlian.
d) Di Manado, Sulawesi Utara berdiri Dewan
Manguni yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
Persaingan Golongan Agama dan
Nasionalis, ditandai dengan silih bergantinya cabinet dalam waktu singkat
Pergolakan Sosial Politik
a. Pemberontakan Angkatan
Perang Ratu Adil (APRA)
Pada tanggal 23 Januari 1950 di
Bandung Kapten Raymond Westerling memimpin gerombolan Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA). Gerombolan ini memberikan
ultimatum kepada pemerintah RIS dan Negara Pasundan agar mereka diakui sebagai
“Tentara Pasundan” dan menolak
usaha-usaha untuk membubarkan negara boneka tersebut. Gerombolan APRA yang
menyerang kota Bandung gersebut berjumlah kurang lebih 800 orang dan terdiri
dari bekas KNIL. Dalam serangannya ke kota Bandung, tentara APRA juga melakukan perampokanperampokan.
Upaya pemerintah RIS untuk menumpas gerombolan APRA tersebut dengan mengirimkan
bantuan kesatuan-kesatuan polisi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akhirnya pada
tanggal 24 Januari 1950 pasukan TNI berhasil menghancurkan gerombolan APRA sedangkan
Westerling melarikan diri ke luar negeri dengan
menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda.
b. Pemberontakan Andi Azis
Pada tanggal 5 April 1950 di
Makassar timbul pemberontakan yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuan bekas KNIL
di bawah pimpinan Kapten Andi Azis. Adapun berbagai tuntutan Andi Azis terhadap
pemerintah RIS sebagai berikut.
1) Andi Azis menuntut agar pasukan-pasukan
APRIS bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di daerah NIT.
2) Andi Azis menentang dan menghalangi
masuknya pasukan APRIS dari TNI yang sedang dikirim dari Jawa Tengah di bawah
pimpinan Mayor Worang.
3) Andi Azis menyatakan bahwa Negara
Indonesia Timur harus dipertahankan supaya tetap berdiri.
Untuk menumpas pemberontakan Andi
Azis pemerintah RIS melakukan berbagai
upaya, di antaranya adalah:
- Setelah ultimatum kepada Andi
Azis untuk menghadap ke Jakarta guna
mempertanggungjawabkan perbuatannya tidak dipenuhi maka pemerintah mengirim
pasukan untuk menumpas pemberontakan tersebut.
- Pemerintah mengirimkan pasukan
ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang dan terdiri dari berbagai
kesatuan dari ketiga angkatan dan kepolisian. Selanjutnya APRIS segera bergerak
dan menguasai kota Makassar dan sekitarnya. Pada bulan April 1950 Andi Azis menyerahkan diri akan tetapi
pertempuran-pertempuran antara pasukan APRIS dan pasukan KNIL masih berlangsung
pada bulan Mei dan Agustus 1950
.
.
c. Pemberontakan Republik
Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan ini terjadi di
Ambon pada tanggal 25 April 1950 yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia
bekas anggota KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang pro Belanda.
Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) dipimpin oleh Dr. Soumokil, bekas
Jaksa Agung Negara Indonesia Timur.
Untuk menumpas pemberontakan RMS, pemerintah semula mencoba menyelesaikan
secara damai dengan mengirimkan suatu misi yang dipimpin oleh Dr. Leimena. Akan
tetapi upaya ini tidak berhasil. Oleh karena itu pemerintah segera mengirimkan
pasukan ekspedisi
0 Response to "Peristiwa-peristiwa Politik dan Ekonomi Paska Pengakuan Kedaulatan."